Sukses Belajar dari Rumah
2020. Sungguh menjadi tahun yang luar biasa, tak
terbayang. Dimana masing-masing dari kita tidak kemana-mana, tidak bekerja di
kantor, tidak belajar di sekolah, dan tidak beribadah di masjid. Mungkin
sebagian orang tidak terima hal ini, mereka masih saja tidak mematuhi aturan di
tengah pandemi negeri. Padahal yang perlu kita lakukan hanyalah diam di rumah
saja.
Perkenalkan, nama saya Galih dan saya seorang guru SD.
Menjadi seorang guru bukan cita-cita saya sedari kecil. Namun, setelah semua
proses yang saya jalani ternyata betapa luar biasa jasanya menjadi seorang
guru. Apalagi di tingkat sekolah dasar, nampaknya jarang sekali guru laki-laki.
Guru sekolah dasar tidak hanya dituntut untuk membuat
murid pintar dan menjawab soal dengan benar, tetapi juga mengajarkan akhlak
yang baik dan benar. Sering saya dibuat kesal tapi harus tetap sabar. Kadang
murid suka bertanya pertanyaan yang sukar, meski telah dijelaskan dari daun
hingga akar, tetap saja ada murid yang jawabannya tidak benar. Jadi masih harus
tetap bersabar.
Hari demi hari terlewati, pemberitaan jumlah pasien
positif pandemi terus meninggi. Kita harus sabar menanti agar bisa sekolah
seperti dulu lagi. Beberapa murid bilang, “Pak, aku kangen sekolah, kapan kita
sekolah lagi?” Saya pun hanya menelan air ludah dan membalas pesan Whatsapp
mereka, “Sabar ya, Nak. Semoga Allah segera menghilangkan pandemi ini.”
Kita tahu dan yakin Allah sudah menentukan jatah usia,
kita juga paham kalau segala sesuatu yang menimpa diri kita sudah ditakdirkan
Allah. Namun bukan berarti kita tidak berusaha melakukan sebab terhindar dari
pandemi ini, karena kita tidak tahu takdir kita di masa yang akan datang.
Untuk itu sikap terbaik bagi muslim untuk menjaga jiwa
dan raga, ikuti fatwa ulama dan anjuran pemerintah. Tetap di rumah saja, jika
memiliki kebutuhan mendesak keluar rumah maka perhatikan kebersihan dan anjuran
perilaku agar terhindar dari pandemi. Jaga jarak, cuci tangan, dan jaga
kesehatan.
Adanya pandemi memang menyulitkan kita beribadah,
apalagi jika kita sering shalat 5 waktu di masjid. Pasti akan membuat diri
tidak nyaman. Di samping hal itu adanya pandemi ini membawa kabar baik bagi
kita, ialah banyak tempat-tempat maksiat tutup, kita jadi lebih banyak waktu
bersama keluarga di rumah, serta tradisi jabat tangan dengan yang bukan mahram
hilang.
Di tengah masa pandemi kita dituntut untuk berbeda,
hal yang saya alami sebagai guru benar-benar luar biasa, 100% drastis berubah.
Tidak ada lagi perjumpaan langsung bersama 31 murid, tidak ada lagi jajan di
kantin sekolah, tidak ada lagi spidol berserta papan tulis, tidak ada lagi
tadarus Al Quran bersama murid, dan tidak ada lagi upacara bendera.
Kini pembelajaran dilakukan melalui satu genggaman dan
dilakukan di rumah. Guru dan murid menggunakan gawainya sebagai media
pembelajaran. Tentu, ini tidak mudah. Tapi suatu keharusan. Meski semua sudah
tidak sama seperti sedia kala, kita bisa sukses belajar di rumah. Ingatlah, untuk
belajar dengan tujuan mencari keridhaan Allah.
Tidak seperti tenaga medis yang menghadapi pandemi di
garis terdepan, guru berjuang menghadapi pandemi dengan memberikan edukasi
kepada para murid melalui beragam cara. Berikut inilah kisah saya menjadi
seseorang dengan dua peran dalam rumah di tengah pandemi, sebagai guru dan
sebagai abah.
Kebanyakan orang tak menyangka dalam situasi ini guru
mengajar seperti apa, paling hanya memberikan tugas saja. Enak sekali kalau
begitu, bukannya mengajar malah memberikan tambahan pekerjaan kepada orangtua
murid. Saya tidak ingin seperti itu, maka perlu cara yang menarik dalam
pemberian pembelajaran dengan metode daring.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
globalisasi membuat manusia dituntut cepat menyesuaikan diri. Saya yakin, meski
masih SD kelas 5, para murid sudah piawai dalam mengoperasikan masing-masing
gawai. Susun rencana, imajinasikan diri menjadi murid, pikirkan bentuk
evaluasi, lalu, eksekusi.
Hari Jumat terakhir masuk sekolah kala itu para
orangtua murid usai mengambil rapor tengah semester kepada saya. Tidak ada
firasat apa-apa, ternyata hari Seninnya pemerintah menginstruksikan para murid
belajar di rumah. Saya sudah menyolong start, pada hari Ahad sudah
mengumpulkan seluruh nomor telepon orangtua murid. Jadi, kita bisa langsung
mulai sukses belajar di rumah pada hari pertama.
Sepakat. Jam belajar tidak perlu berubah, mulai pukul
06.30 WIB dan berakhir pukul 12.00 WIB. Jadi, sebelum mulai belajar, saya
sebagai guru sudah memberikan arahan kepada para murid dalam grup Whatsapp.
Siap. Jangan sampai terlambat. Kita mesti semangat dan jadi bermanfaat.
Tepat pukul 06.30 WIB saya mewajibkan para murid untuk
foto presensi dengan tema berbeda. Mereka foto dengan tema centong nasi, jaket,
kaca mata, topi, ikat kepala, profesi, dan lain-lain. Tiap hari dibuat berbeda
tema fotonya, ini upaya saya agar di waktu pagi saat mood belajar para
murid dibangun.
Paling tidak, dengan adanya foto presensi bertema yang
tiap hari berbeda, mereka akan penasaran, “Besok pak guru memberikan tema foto
apa lagi, ya?”
Arahan yang saya berikan dalam pembelajaran satu hari
tidak sekaligus satu pemberitahuan. Saya menerapkan sama seperti jam belajar
biasanya di sekolah. Hampir setiap jam saya chat Whatsapp di grup, kalau
tidak ada balasan salah satu dari 31 murid, saya kirim pesan pribadi. Tidak ada
balasan, saya lakukan panggilan.
Begitu terus saya lakukan setiap hari belajar.
Sesekali, mereka saya berikan test daring dari google form dan melakukan
beragam permainan yang bisa dilakukan di rumah. Ada sepak bola kertas, catur
jawa, dampu bulan, centong chellenge, dan berbagai macam permainan
lainnya.
Tak hanya murid yang antusias, beberapa dari mereka
mengirimkan video kegembiraan saat melakukan permainan bersama anggota keluarga
lainnya. Saya pun ikut gembira, walau kita tahu, kita rindu bersama, untuk
sekolah lagi. Tapi apa boleh buat, kita mesti bersabar sampai pandemi ini
berakhir.
Lalu, saya juga menulis artikel sebagai bahan bacaan
murid. Dari materi pembelajaran yang dikemas sesederhana mungkin, sampai
artikel berisi motivasi yang diselipkan humor. Semua itu dituliskan ke dalam blog
yang saya buat. Jadi, murid tidak perlu kerepotan kalau tidak ada buku di
rumah. Tinggal pinjam gawai orangtua untuk dapat mengakses artikelnya.
Satu bulan berlalu, namun pandemi belum usai. Sebentar
lagi bulan Ramadhan, ingin masuk sekolah lagi hanya angan. Padahal agenda
pesantren Ramadhan akan diselenggarakan, tapi kita harus cari lain jalan. Kebetulan,
saya memiliki rekan Kepala Sekolah muda dari Sekolah Hafidz Quran. Jadi, kami
buat Pesantren Online bulan Ramadhan.
Pesantren Online tersebut kami namai PRO GG, Pesantren
Ramadhan Online Gold Generation, dengan tema “Bertauhid, Berakhlak,
Beradab.” PRO GG dirancang agar para santri online dapat dengan
mudah belajar agama setiap hari di bulan Ramadhan walau hanya 5-15 menit.
Dengarkan audio kajian, buat ringkasan, jawab pertanyaan, dan lapor evaluasi
ibadah harian.
Semoga Allah segera menghilangkan pandemi di negeri
ini. Tetaplah kita berusaha menghindari sebab tertular dan terus berdoa kepada
Allah. Insya Allah, kita bisa sukses belajar dari rumah. Ingatlah, untuk
belajar dengan tujuan mencari keridhaan Allah.
15 komentar untuk "Sukses Belajar dari Rumah"
Baguss pak artikelnyaš
Dan mampu melewati semua nya....
Semoga kita selalu dalam lindungannya aamiin
Terima kasih telah membaca, semoga bermanfaat. :)
"Cerdas, Ramah, Berakhlak Mulia"
- Guru Galih -